KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji syukur selalu kita
panjatkan dan sanjungkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi kenikmatannya
kepada kita tiada henti-hentinya. Salah satu kenikmatannya ialah
terselesaikannya tugas makalah yang diberikan kepada kami. Shalawat serta salam
selalu kita haturkan kepada baginda kita nabi besar Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari jaman keterpurukan ke jaman yang penuh perdamaian yaitu
Islam.
Dalam menyusun makalah ini, Penulis telah
banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga Penulis
mengucapkan banyak terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1.
Allah SWT yang telah memberikan
kami kesehatan dan kelancaran dalam mengerjakan makalah ini sampai selesai.
2.
Kedua orang tua kami yang
selalu berjuang keras mendoakan kami dan memberikan dorongan baik moril maupun
materil.
3.
Ibu Deni Sobardini selaku dosen
mata kuliah “Dasar Ilmu Tanaman”
4.
Teman-teman yang selalu meberi
motivasi dan supportnya kepada kami.
Semoga dengan makalah yang kami susun ini
dapat memberi banyak pengetahuan kepada kita mengenai Kutur Jaringan. Tentu
dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari kesalahan dan kekhilafan, baik
dalam penulisan ataupun materinya. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati
penulis mohon saran dan masukannya untuk pembetulannya karena penulis hanyalah
manusia biasa yang tidak terlepas dari salah dan lupa.
Semoga makalah ini banyak memberikan manfaat
dan berkah kepada orang yang membacanya terutama bagi penulis sendiri.
Jatinangor, 11 November
2011
Penulis
ABSTRAK
Sel-sel tanaman totipoten unik dalam
biologi karena seluruh tanaman dapat
diregenerasi dari satu nonseksual
sel. Sebagai prekursor diperlukan untuk sistem
tanaman yang paling transformasi, harus ada metode untuk memanipulasi jaringan tanaman dan
sel-sel dalam media steril: media jaringan budaya.
Dari jaringan yang diambil dari
tanaman, komponen media dan hormon dapat dimanipulasi untuk memulihkan organ
atau menginduksi embrio somatik. Kultur
jaringan tidak hanya diperlukan memungkinkan teknologi untuk produksi tanaman
transgenik tetapi juga digunakan untuk propagasi in vitro tanaman berharga.
BAB I
PENDAHULUAN
Tanaman kultur jaringan in vitro (harfiah "di bawah kaca") manipulasi sel tanaman dan jaringan, yang merupakan batu kunci dalam fondasi bioteknologi tanaman. Hal ini berguna untuk propagasi tanaman dan studi tentang hormon tanaman, umumnya diperlukan untuk memanipulasi dan regenerasi tanaman transgenik. Seluruh tanaman dapat diregenerasi pada jaringan in vitro menggunakan sel atau sebuah sel tunggal untuk membentuk seluruh tanaman dengan kultur pada media nutrisi dalam steril lingkungan. Varietas dapat diperbanyak secara klonal, tanaman langka dapat dilestarikan, tanaman bebas virus dapat dihasilkan oleh kultur meristem, plasma nutfah dapat di konservasi, metabolit sekunder dapat diproduksi oleh kultur sel. Selain itu, kultur jaringan berfungsi sebagai alat yang sangat diperlukan untuk produksi tanaman transgenik.. Hal ini dapat dikaitkan dengan totipotensi sel tumbuhan dan manipulasi media pertumbuhan dan hormon.
Sel
tanaman unik dalam arti bahwa setiap sel memiliki potensi untuk membentuk
seluruh sel-sel baru seperti induk (Sel induk produksi pada mamalia terletak di
ruang dan waktu, dan sel-sel yang paling mamalia tidak dapat dikonversi ke sel
induk). Namun, memiliki pemahaman dari tiap spesies tanaman dan eksplan (donor
jaringan yang ditempatkan dalam budaya) sangat penting untuk pengembangan
efisien regenerasi sistem. Tahap fisiologis eksplan yang memegang peranan yang
sangat penting dalam responnya terhadap kultur jaringan. Sebagai contoh,
eksplan muda umumnya merespon lebih baik daripada yang lebih tua.
Makalah
ini membahas sejarah dan penggunaan kultur jaringan tanaman dan menunjukkan
bagaimana integral bioteknologi tanaman, dan menyajikan prinsip-prinsip dasar
media dan hormone digunakan dalam kultur jaringan tanaman, jenis berbagai
kultur, dan sistem regenerasi. Beberapa orang menganggap kultur jaringan
sebagai lebih dari seni daripada ilmu pengetahuan karena peneliti harus
mengembangkan mata untuk membedakan antara baik dan buruk (yang berguna dan
tidak berguna) budaya, yang telah sering terbukti menjadi perbedaan antara
keberhasilan dan kegagalan di pabrik bioteknologi.
1.1 Latar Belakang
Perkembangan
kultur jaringan di Indonesia terasa sangat lambat, bahkan hampir dikatakan
jalan di tempat jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya, tidaklah heran
jika impor bibit anggrek dalam bentuk ‘flask’ sempat membanjiri nursery-nursery
anggrek di negara kita. Selain kesenjangan teknologi di lini akademisi, lembaga
penelitian, publik dan pecinta anggrek, salah satu penyebab teknologi ini
menjadi sangat lambat perkembangannya adalah karena adanya persepsi bahwa
diperlukan investasi yang ’sangat mahal’ untuk membangun sebuah lab kultur
jaringan, dan hanya cocok atau ‘feasible’ untuk perusahaan.
Indonesia memiliki keanekaragaman
hayati yang luar biasa, salah satunya adalah anggrek, diperkirakan sekitar 5000
jenis anggrek spesies tersebar di hutan wilayah Indonesia. Potensi ini sangat
berharga bagi pengembang dan pecinta anggrek di Indonesia, khususnya potensi
genetis untuk menghasilkan anggrek silangan yang memiliki nilai komersial
tinggi. Potensi tersebut akan menjadi tidak berarti manakala penebangan hutan
dan eksploitasi besar-besaran terjadi hutan kita, belum lagi pencurian
terang-terangan ataupun “terselubung” dengan dalih kerjasama dan sumbangan
penelitian baik oleh masyarakat kita maupun orang asing.
Sementara itu hanya sebagian kecil
pihak yang mampu melakukan pengembangan dan pemanfaatan anggrek spesies,
khususnya yang berkaitan dengan teknologi kultur jaringan. Tidak dipungkiri
bahwa metode terbaik hingga saat ini dalam pelestarian dan perbanyakan anggrek
adalah dengan kultur jaringan, karena melalui kuljar banyak hal yang bisa
dilakukan dibandingkan dengan metode konvensional.
Secara prinsip, lab kultur jaringan
dapat disederhanakan dengan melakukan modifikasi peralatan dan bahan yang
digunakan, sehingga sangat dimungkinkan kultur jaringan seperti ‘home
industri’. Hal ini dapat dilihat pada kelompok petani ‘pengkultur biji anggrek’
di Malang yang telah sedemikian banyak.
1.2
Rumusan Masalah
1. Bedakan antara organogenesis dan
embriogenesis somatik.
2. Nama hormon pertumbuhan
tanaman yang digunakan untuk memanipulasi jaringan secara in vitro.
3. Bagaimana Anda bisa
mengembangkan tanaman bebas virus?
4. Apa itu kalus? Apa penggunaan kalus dalam metode kultur jaringan?
5. Apa protoplas, dan apa kegunaan mereka?
6. Bagaimana tanaman
haploid diproduksi menggunakan kultur jaringan? Mengapa ini berguna?
1.3 Tujuan
Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu
memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan
secara generatif. Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa
keunggulan, antara lain: mempunyai sifat yang identik dengan induknya, dapat
diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga tidak terlalu membutuhkan tempat
yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu yang
singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih
cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar