Sabtu, 04 Februari 2012

kultur jaringan

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur selalu kita panjatkan dan sanjungkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi kenikmatannya kepada kita tiada henti-hentinya. Salah satu kenikmatannya ialah terselesaikannya tugas makalah yang diberikan kepada kami. Shalawat serta salam selalu kita haturkan kepada baginda kita nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari jaman keterpurukan ke jaman yang penuh perdamaian yaitu Islam.
Dalam menyusun makalah ini, Penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga Penulis mengucapkan banyak terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1.      Allah SWT yang telah memberikan kami kesehatan dan kelancaran dalam mengerjakan makalah ini sampai selesai.
2.      Kedua orang tua  kami yang selalu berjuang keras mendoakan kami dan memberikan dorongan baik moril maupun materil.
3.      Ibu Deni Sobardini selaku dosen mata kuliah “Dasar Ilmu Tanaman”
4.      Teman-teman yang selalu meberi motivasi dan supportnya kepada kami.
Semoga dengan makalah yang kami susun ini dapat memberi banyak pengetahuan kepada kita mengenai Kutur Jaringan. Tentu dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari kesalahan dan kekhilafan, baik dalam penulisan ataupun materinya. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mohon saran dan masukannya untuk pembetulannya karena penulis hanyalah manusia biasa yang tidak terlepas dari salah dan lupa.
Semoga makalah ini banyak memberikan manfaat dan berkah kepada orang yang membacanya terutama bagi penulis sendiri.



Jatinangor, 11 November 2011



  Penulis

ABSTRAK

            Sel-sel tanaman totipoten unik dalam biologi karena  seluruh tanaman dapat diregenerasi dari satu nonseksual sel. Sebagai prekursor diperlukan untuk sistem tanaman yang paling transformasi, harus ada metode  untuk memanipulasi jaringan tanaman dan sel-sel dalam media steril: media jaringan budaya.
            Dari jaringan yang diambil dari tanaman, komponen media dan hormon dapat dimanipulasi untuk memulihkan organ atau menginduksi embrio somatik. Kultur jaringan tidak hanya diperlukan memungkinkan teknologi untuk produksi tanaman transgenik tetapi juga digunakan untuk propagasi in vitro tanaman berharga.























BAB I
PENDAHULUAN
 
                  Tanaman kultur jaringan in vitro (harfiah "di bawah kaca") manipulasi sel tanaman dan jaringan, yang merupakan batu kunci dalam fondasi bioteknologi tanaman. Hal ini berguna untuk propagasi tanaman dan studi tentang hormon tanaman, umumnya diperlukan untuk memanipulasi dan regenerasi tanaman transgenik. Seluruh tanaman dapat diregenerasi pada jaringan in vitro menggunakan sel atau sebuah sel tunggal untuk membentuk seluruh tanaman dengan kultur pada media nutrisi dalam steril lingkungan. Varietas dapat diperbanyak secara klonal, tanaman langka dapat dilestarikan, tanaman bebas virus dapat dihasilkan oleh kultur meristem, plasma nutfah dapat di konservasi, metabolit sekunder dapat diproduksi oleh kultur sel. Selain itu, kultur jaringan berfungsi sebagai alat yang sangat diperlukan untuk produksi tanaman transgenik.. Hal ini dapat dikaitkan dengan totipotensi sel tumbuhan dan manipulasi media pertumbuhan dan hormon.
            Sel tanaman unik dalam arti bahwa setiap sel memiliki potensi untuk membentuk seluruh sel-sel baru seperti induk (Sel induk produksi pada mamalia terletak di ruang dan waktu, dan sel-sel yang paling mamalia tidak dapat dikonversi ke sel induk). Namun, memiliki pemahaman dari tiap spesies tanaman dan eksplan (donor jaringan yang ditempatkan dalam budaya) sangat penting untuk pengembangan efisien regenerasi sistem. Tahap fisiologis eksplan yang memegang peranan yang sangat penting dalam responnya terhadap kultur jaringan. Sebagai contoh, eksplan muda umumnya merespon lebih baik daripada yang lebih tua.
            Makalah ini membahas sejarah dan penggunaan kultur jaringan tanaman dan menunjukkan bagaimana integral bioteknologi tanaman, dan menyajikan prinsip-prinsip dasar media dan hormone digunakan dalam kultur jaringan tanaman, jenis berbagai kultur, dan sistem regenerasi. Beberapa orang menganggap kultur jaringan sebagai lebih dari seni daripada ilmu pengetahuan karena peneliti harus mengembangkan mata untuk membedakan antara baik dan buruk (yang berguna dan tidak berguna) budaya, yang telah sering terbukti menjadi perbedaan antara keberhasilan dan kegagalan di pabrik bioteknologi.  


1.1 Latar Belakang

      Perkembangan kultur jaringan di Indonesia terasa sangat lambat, bahkan hampir dikatakan jalan di tempat jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya, tidaklah heran jika impor bibit anggrek dalam bentuk ‘flask’ sempat membanjiri nursery-nursery anggrek di negara kita. Selain kesenjangan teknologi di lini akademisi, lembaga penelitian, publik dan pecinta anggrek, salah satu penyebab teknologi ini menjadi sangat lambat perkembangannya adalah karena adanya persepsi bahwa diperlukan investasi yang ’sangat mahal’ untuk membangun sebuah lab kultur jaringan, dan hanya cocok atau ‘feasible’ untuk perusahaan.
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang luar biasa, salah satunya adalah anggrek, diperkirakan sekitar 5000 jenis anggrek spesies tersebar di hutan wilayah Indonesia. Potensi ini sangat berharga bagi pengembang dan pecinta anggrek di Indonesia, khususnya potensi genetis untuk menghasilkan anggrek silangan yang memiliki nilai komersial tinggi. Potensi tersebut akan menjadi tidak berarti manakala penebangan hutan dan eksploitasi besar-besaran terjadi hutan kita, belum lagi pencurian terang-terangan ataupun “terselubung” dengan dalih kerjasama dan sumbangan penelitian baik oleh masyarakat kita maupun orang asing.
Sementara itu hanya sebagian kecil pihak yang mampu melakukan pengembangan dan pemanfaatan anggrek spesies, khususnya yang berkaitan dengan teknologi kultur jaringan. Tidak dipungkiri bahwa metode terbaik hingga saat ini dalam pelestarian dan perbanyakan anggrek adalah dengan kultur jaringan, karena melalui kuljar banyak hal yang bisa dilakukan dibandingkan dengan metode konvensional.
Secara prinsip, lab kultur jaringan dapat disederhanakan dengan melakukan modifikasi peralatan dan bahan yang digunakan, sehingga sangat dimungkinkan kultur jaringan seperti ‘home industri’. Hal ini dapat dilihat pada kelompok petani ‘pengkultur biji anggrek’ di Malang yang telah sedemikian banyak.

1.2 Rumusan Masalah
1.      Bedakan antara organogenesis dan embriogenesis somatik.
2.      Nama hormon pertumbuhan tanaman yang digunakan untuk memanipulasi jaringan secara in vitro.
3.      Bagaimana Anda bisa mengembangkan tanaman bebas virus?
4.      Apa itu kalus? Apa penggunaan kalus dalam metode kultur jaringan?
5.      Apa protoplas, dan apa kegunaan mereka?
6.      Bagaimana tanaman haploid diproduksi menggunakan kultur jaringan? Mengapa ini berguna?

1.3 Tujuan

Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mempunyai sifat yang identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar