Sabtu, 04 Februari 2012

MACAM-MACAM TUMBUHAN DI SEKITAR KAMPUS JATINANGOR GEDUNG BUDIDAYA PERTANIAN

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan YME, karena dengan rahmat-Nya lah kami akhirnya dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
            Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dosen Dasar Imu Tanaman, Ibu Denny Sobardini, yang telah memberi pengetahuan kepada kami dan memberikan kesempatan kepada kami sehingga untuk menyusun tugas ini. Serta tak lupa kepada seluruh pihak yang turut membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam bentuk dukungan moril maupun materil kepada kami dalam menyelesaikan tugas ini.
            Tak ada segala sesuatu di dunia ini yang sempurna. Begitu pula dengan laporan tugas ini. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pembaca demi kesempurnaan dalam pembuatan laporan di kemudian hari. Dan semoga laporan ini bermanfaat untuk diri kami pribadi maupun bagi siapa saja yang membacanya.











Penulis,

BAB I
PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang Masalah
          Alasan kami melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan kami tentang berbagai jenis tumbuhan yang ada di sekitar kampus Jatinangor Universitas Padjajaran, khususnya di sekitar gedung Budidaya Pertanian. Dari berbagai jenis tumbuhan tersebut yang sering kita jumpai pun kadang kala tidak mengetahui baik itu dari segi nama tumbuhannya maupun pengklasifikasiannya. Untuk itu kami juga akan lebih mengupas secara lebih mendalam tentangpengklasifikasian tumbuhan yang telah kami teliti tersebut.

1.2 Rumusan Masalah
Dunia tumbuhan di alam sekitar ini sangat banyak macamnya. Disini kami akan membahas secara garis besarnya saja tanpa menyimpang dari konsep pembahasan. Untuk itu kami membatasi permasalahan yang kami teliti yang menurut kami penting untuk dibahas lebih lanjut dalam penjelasan berikutnya, yaitu :
Ø  Tumbuhan apa saja yang ada disekitar gedung Budidaya Pertanian serta bagaimana cara pengelompokkan tumbuhan-tumbuhan tersebut secara rinci?





BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Landasan Teori
Tumbuhan adalah kelompok makhluk hidup eukariotik fotosintetik yang tersusun atas banyak sel (multiseluler) dan memiliki jaringan yang sudah berkembang dengan baik. Tumbuhan hidup pada berbagai lingkungan darat, mulai dari lingkungan hutan basah hingga daerah padang pasir atau tundra. Dalam sistem lima kingdom, semua makhluk hidup yang tergolong tumbuhan dimasukkan ke dalam kingdom Plantae atau dunia tumbuhan. Ciri-ciri makhluk hidup yang termasuk dunia tumbuhan adalah sebagai berikut :
1.      Struktur tubuh berpa multiseluler, eukariotik, dan memiliki sel-sel yang sudah terspesialisasi membentuk jaringan dan organ.
2.      Mengandung klorofil a dan bserta karotenoid; menyimpan makanan dalam bentuk tepung; dan memiliki dinding sel dan selulosa.
3.      Melindungi perkembangan embrio dari kekeringan dengan menyuplai air dan nutrisi ke dalam struktur reproduksi betina.
4.      Memiliki daur hidup berupa pergiliran keturunan (metagenesis).





2.2 Sajian Data
Lidah Mertua
Sansevieria trifasciata Prain.
Nama umum
Indonesia:
Lidah mertua, sansevieria



Klasifikasi
Regnum: Plantae (Tumbuhan)
Divisio: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Classis: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Ordo: Liliales
Familia: 
Agavaceae 
Genus: Sansevieria
Species: Sansevieria trifasciata Prain.

Sansevieria atau lidah mertua adalah marga tanaman hias yang cukup populer sebagai penghias bagian dalam rumah karena tanaman ini dapat tumbuh dalam kondisi yang sedikit air dan cahaya matahari. Sansevieria memiliki daun keras, sukulen, tegak, dengan ujung meruncing.
Sanseviera dikenal dengan sebutan tanaman lidah mertua karena bentuknya yang tajam. Sanseviera tak hanya sebagai tanaman hias, tapi juga memiliki manfaat untuk menyuburkan rambut, mengobati diabetes, wasir, hingga kanker ganas. Sementara seratnya digunakan sebagai bahan pakaian. Di Jepang, Sansevieradigunakan untuk menghilangkan bau perabotan rumah di ruangan.
Dibanding tumbuhan lain, Sanseviera memiliki keistimewaan menyerap bahan beracun, seperti karbondioksida, benzene, formaldehyde, dan trichloroethylene.
Sansevieria dibagi menjadi dua jenis, yaitu jenis yang tumbuh memanjang ke atas dengan ukuran 50-75 cm dan jenis berdaun pendek melingkar dalam bentuk roset dengan panjang 8 cm dan lebar 3-6 cm. Kelompok panjang memiliki daun meruncing seperti mata pedang, dan karena ini ada yang menyebut Sansevieriasebagai tanaman pedang-pedangan.
Tumbuhan ini berdaun tebal dan memiliki kandungan air sukulen, sehingga tahan kekeringan. Namun dalam kondisi lembap atau basah, sansiviera bisa tumbuh subur.
Warna daun Sansevieria beragam, mulai hijau tua, hijau muda, hijau abu-abu, perak, dan warna kombinasi putih kuning atau hijau kuning. Motif alur atau garis-garis yang terdapat pada helai daun juga bervariasi, ada yang mengikuti arah serat daun, tidak beraturan, dan ada juga yang zig-zag.
Keistimewaan lidah mertua adalah memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan. Penelitian NASA bekerja sama dengan ALCA telah menemukan bukti-bukti bahwa tanaman ini secara alami mampu mengurangi polusi tersebut.

Ditinjau berdasarkan jenisnya sansevieria ada dua jenis yakni yang pertama yaitu sansevieria keturunan asli/spesies sedangkan yang kedua adalah jenis hasil persilangan/hibridasi yang bisa disebut dengan jenis sansevieria hibrid.
Dari bentuk hibrid inilah sansevieria akan tercipta dengan karakter dan fisik yang berbeda dari induknya atau yang sering disebut dengan spesies hibrid atau sansevieria hibrid. Mutasi sansevieria juga dapat terjadi dari perbanyakan melalui stek daun.


Petai Cina
Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit
Leucaena glauca Linn

Nama Umum

Indonesia:
Petai cina, [klandingan, kemlandingan, lamtoro, lamtorogung (Jawa)], peuteuy selong (Sunda)

Klasifikasi
Regnum: Plantae (Tumbuhan)
Divisio: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Classis: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Ordo: Fabales
Familia: 
Fabaceae (suku polong-polongan)
Genus: 
Leucaena
Species: Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit

Lamtoro, petai cina, atau petai selong adalah sejenis perdu dari suku Fabaceae (=Leguminosae, polong-polongan), yang kerap digunakan dalam penghijauan lahan atau pencegahan erosi. Berasal dari Amerika tropis, tumbuhan ini sudah ratusan tahun dimasukkan ke Jawa untuk kepentingan pertanian dan kehutanan, dan kemudian menyebar pula ke pulau-pulau yang lain di Indonesia.
Bandotan
Ageratum conyzoides L.

Nama umum
Indonesia:
Bandotan, babandotan (Sunda), badotan, wedusan (Jawa)

Klasifikasi
Regnum: Plantae (Tumbuhan)
Divisio: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Classis: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Ordo: Asterales
Familia: 
Asteraceae
Genus: 
Ageratum
Species: Ageratum conyzoides L.
Bandotan (Ageratum conyzoides) adalah sejenis gulmapertanian anggota suku Asteraceae. Tumbuhan ini menyebar luas di seluruh wilayah tropika, bahkan hingga subtropika. Didatangkan ke Jawa sebelum 1860, kini gulma ini telah menyebar luas di Indonesia.
Bandotan sering ditemukan sebagai tumbuhan pengganggu di sawah-sawah yang mengering, ladang, pekarangan, tepi jalan, tanggul, tepi air, dan wilayah bersemak belukar. Ditemukan hingga ketinggian 3.000 m, terna ini berbunga sepanjang tahun dan dapat menghasilkan hingga 40.000 biji per individu tumbuhan. Karenanya, gulma ini dirasakan cukup mengganggu di perkebunan.
Di luar Indonesia, bandotan juga dikenal sebagai gulma yang menjengkelkan di Afrika, Asia Tenggara, Australia, serta di Amerika Serikat.
Di Bogor, babadotan dikenal luas sebagai obat luka. Menurut Heyne, daun tumbuhan ini diremas-remas, dicampur dengan kapur, dioleskan pada luka yang masih segar. Rebusan dari daun juga digunakan untuk obat sakit dada, sementara ekstrak daunnya untuk obat mata yang panas. Akar yang ditumbuk dioleskan ke badan untuk obat demam; ekstraknya dapat diminum.
Meski demikian, tumbuhan ini juga memiliki daya racun. Di Barat, bandotan juga dimanfaatkan sebagai insektisida dan nematisida. Sementara, penelitian lain menemukan bahwa bandotan dapat menyebabkan luka-luka pada hati dan menumbuhkan tumor. Tumbuhan ini mengandung alkaloid pirolizidina.

Ranti
Solanum nigrum L.
Nama umum
Indonesia:
Ranti, Leunca (Sunda)



Klasifikasi
Regnum: Plantae (Tumbuhan)
Divisio: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Classis: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Ordo: Solanales
Familia: 
Solanaceae (suku terung-terungan)
Genus: 
Solanum
Species: Solanum nigrum L.
Ranti atau leunca (Solanum nigrum L.) adalah tumbuhan anggota suku terung-terungan (Solanaceae) yang buahnya dikenal sebagai sayuran dan juga menjadi bahan pengobatan. Tumbuhan ini berasal dari Asia Barat dan telah menyebar ke seluruh penjuru dunia karena mampu hidup dalam kondisi tertekan. Dalam bahasa Inggris ia paling banyak dikenal sebagai (European) black nightshade.
Terna atau perdu semusim atau tahunan, tergantung tempat hidupnya. Tumbuhan ini menyukai kawasan ladang atau kebun yang terang. Tingginya mencapai 120 cm. Batangnya cenderung tidak berkayu, ditutupi rambut halus. Daunnya dapat mencapai panjang 7 cm dan lebar 5 cm, bercangap di tepinya, dan permukaannya dapat ditutupi rambut. Bunga tersusun dalam rangkaian, mahkotanya brwarna putih kehijauan, dengan kepala sari kuning tegak, menutupi putiknya. Buahnya biasanya kecil, kurang dari satu cm diameternya, sewaktu muda berwarna hijau dan berangsur ungu pekat ketika masak.
Buah mengkal dan matang dapat mengandung racun, tergantung galurnya. Buah yang dapat dimakan berasal dari kultivar yang hanya mengandung racun dalam kadar yang rendah. Untuk itu, disarankan untuk tidak mengonsumsi buah ranti di sembarang tempat.
Telah digunakan sebagai obat-obatan lebih dari 2000 tahun yang lalu, di Indonesia ranti banyak dikonsumsi sebagai lalapan atau sayuran. Dalam bahasa Sunda, ranti dikenal sebagai leunca.
Katuk
Sauropus androgynus (L.) Merr.

Nama umum
Indonesia:
Katuk, memata (Melayu), simani (Minang)
Klasifikasi
Regnum: Plantae (Tumbuhan)
Divisio: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Classis: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Ordo: Euphorbiales
Familia: 
Euphorbiaceae
Genus: 
Sauropus
Species: Sauropus androgynus (L.) Merr.
Katuk (Sauropus androgynus) merupakan tumbuhansayuran yang banyak terdapat di Asia Tenggara.Daun katuk merupakan sayuran minor yang dikenal memiliki khasiat memperlancar aliran air susu ibu (ASI).
Semak, tinggi dua sampai tiga meter, tumbuh di dataran rendah hingga 1.300 di atas permukaan laut. Daun kecil, berwarna hijau gelap dengan panjang lima sampai enam cm. Bunganya berwarna merah gelap atau kuning dengan bercak merah gelap dan berbunga sepanjang tahun.
Tumbuhan ini termasuk dalam suku menir-meniran (Phyllanthaceae), dan berkerabat dengan menteng, buni, dan ceremai. Ia termasuk dalam tribus Phyllantheae dan subtribus Flueggeinae.
Daun katuk dapat mengandung hampir 7% protein dan serat kasar sampai 19%. Daun ini kaya vitamin K, selain pro-vitamin A (beta-karotena), B, dan C. Mineral yang dikandungnya adalah kalsium (hingga 2,8%), besi, kalium, fosfor, dan magnesium. Warna daunnya hijau gelap karena kadar klorofil yang tinggi. Daun katuk dapat diolah seperti kangkung atau daun bayam. Ibu-ibu menyusui diketahui mengonsumsi daunnya untuk memperlancar keluarnya ASI. Perlu diketahui, daun katuk mengandung papaverina, suatu alkaloid yang juga terdapat pada candu (opium). Konsumsi berlebihan dapat menyebabkan efek samping seperti keracunan papaverin.
Pucuk tunas yang muda dijual orang di Indocina dan dimanfaatkan seperti asparagus.
Tanaman ini banyak ditanam di pekarangan karena mudah diperbanyak dan biasa dijadikan pagar hidup.

Pepaya
Carica papaya L.
Nama umum
Indonesia:
Pepaya, [kates, gandul (Jawa), gedang (Sunda)

Klasifikasi
Regnum: Plantae (Tumbuhan)
Divisio: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Classis: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Ordo: Violales
Familia: 
Caricaceae
Genus: 
Carica
Species: Carica papaya L.

Kerabat Dekat
Pepaya Gunung
Pepaya (Carica papayaL.), atau betik adalah tumbuhan yang berasal dari Meksiko bagian selatan dan bagian utara dari Amerika Selatan, dan kini menyebar luas dan banyak ditanam di seluruh daerah tropis untuk diambil buahnya. C. papaya adalah satu-satunya jenis dalam genusCarica.
Buah pepaya dimakan dagingnya, baik ketika muda maupun masak. Daging buah muda dimasak sebagai sayuran (dioseng-oseng). Daging buah masak dimakan segar atau sebagai campuran koktail buah. Pepaya dimanfaatkan pula daunnya sebagai sayuran dan pelunak daging. Getah pepaya (dapat ditemukan di batang, daun, dan buah) mengandung enzimpapain, semacam protease, yang dapat melunakkan daging dan mengubah konformasiprotein lainnya. Papain telah diproduksi secara massal dan menjadi komoditas dagang. Daun pepaya juga berkhasiat obat dan perasannya digunakan dalam pengobatan tradisional untuk menambah nafsu makan.
Pohon pepaya umumnya tidak bercabang atau bercabang sedikit, tumbuh hingga setinggi 5-10 m dengan daun-daunan yang membentuk serupa spiral pada batang pohon bagian atas. Daunnya menyirip lima dengan tangkai yang panjang dan berlubang di bagian tengah. Bentuknya dapat bercangap ataupun tidak. Pepaya kultivar biasanya bercangap dalam.
Pepaya adalah monodioecious' (berumah tunggal sekaligus berumah dua) dengan tiga kelamin: tumbuhan jantan, betina, dan banci (hermafrodit). Tumbuhan jantan dikenal sebagai "pepaya gantung", yang walaupun jantan kadang-kadang dapat menghasilkan buah pula secara "partenogenesis". Buah ini mandul (tidak menghasilkan biji subur), dan dijadikan bahan obat tradisional. Bunga pepaya memiliki mahkota bunga berwarna kuning pucat dengan tangkai atau duduk pada batang. Bunga jantan pada tumbuhan jantan tumbuh pada tangkai panjang. Bunga biasanya ditemukan pada daerah sekitar pucuk.
Bentuk buah bulat hingga memanjang, dengan ujung biasanya meruncing. Warna buah ketika muda hijau gelap, dan setelah masak hijau muda hingga kuning. Bentuk buah membulat bila berasal dari tanaman betina dan memanjang (oval) bila dihasilkan tanaman banci. Tanaman banci lebih disukai dalam budidaya karena dapat menghasilkan buah lebih banyak dan buahnya lebih besar. Daging buah berasal dari karpela yang menebal, berwarna kuning hingga merah, tergantung varietasnya. Bagian tengah buah berongga. Biji-biji berwarna hitam atau kehitaman dan terbungkus semacam lapisan berlendir (pulp) untuk mencegahnya dari kekeringan. Dalam budidaya, biji-biji untuk ditanam kembali diambil dari bagian tengah buah.
Kelamin jantan pepaya ditentukan oleh suatu kromosom Y-primitif, yang 10% dari keseluruhan panjangnya tidak mengalami rekombinasi. Suatu penanda genetikRAPD juga telah ditemukan untuk membedakan pepaya berkelamin betina dari pepaya jantan atau banci.
Jeruk Manis
Citrus sinensis (L.) Osbeck

Nama umum
Indonesia:
Jeruk manis, sankis, chula, choreng

Klasifikasi
Regnum: Plantae (Tumbuhan)
Divisio: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Classis: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Ordo: Sapindales
Familia: 
Rutaceae (suku jeruk-jerukan)
Genus: 
Citrus
Species: Citrus sinensis (L.) Osbeck
Jeruk manis atau jeruk peras (Citrus sinensis Osbeck) adalah perdu tropis dan subtropis yang menghasilkan buah dengan nama sama dan juga nama buahnya. Buah jeruk memiliki kulit berwarna hijau hingga jingga dan daging buahnya mengandung banyak air. Sari buah jeruk merupakan minuman hasil perasan jeruk yang populer.
Kulit buah jeruk biasa dikeringkan dan diolah menjadi bahan obat dan biasanya dipakai dalam ramuan herbal atau jamu tradisional Tionghoa. Kulit jeruk dapat diolah dengan cara tertentu menjadi manisan atau selai (marmalade). Cairan buah jeruk banyak mengandung vitamin C.



Talas Bogor
Colocasia gigantea (Blume) Hook f.
Nama umum
Indonesia:
Talas bogor

Klasifikasi
Regnum: Plantae (Tumbuhan)
Divisio: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Classis: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
 Ordo: Arales
 Familia: 
Araceae (suku talas-talasan)
 Genus: 
Colocasia
 Species: Colocasia gigantea (Blume) Hook f.

Talas atau talas bogor (Colocasia giganteum Hook., suku talas-talasan atau Araceae) merupakan tumbuhan penghasil umbi, populer ditanam terutama di wilayah Indonesia bagian barat. Talas mirip dengan taro namun menghasilkan umbi yang lebih besar.
Daun talas berbentuk perisai yang besar. Daun ini dapat digunakan sebagai pelindung kepala bila hujan. Permukaan daunnya ditumbuhi rambut-rambut halus yang menjadikannya kedap air karena air akan mengalir langsung meninggalkan permukaan daun. Daunnya juga sebagai pakan ikan gurame.
Umbi talas dapat diolah dengan dikukus, direbus atau digoreng setelah dipotong-potong kecil. Daun talas dapat dipakai sebagai pembungkus. Daun talas juga dapat dimakan dan dijadikan pembungkus makanan yang dikenal sebagai buntil.






Mangga
Mangifera indica L.
Nama umum
Indonesia:
Mangga, pelem, buah, pelem kecik

Klasifikasi
Regnum: Plantae (Tumbuhan)
Divisio: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Classis: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Ordo: Sapindales
Familia: 
Anacardiaceae
Genus: 
Mangifera
Species: Mangifera indica L.

Mangga atau mempelam adalah nama sejenis buah, demikian pula nama pohonnya. Mangga termasuk ke dalam margaMangifera, yang terdiri dari 35-40 anggota, dan suku Anacardiaceae.
Pohon mangga termasuk tumbuhan tingkat tinggi yang struktur batangnya (habitus) termasuk kelompok arboreus, yaitu tumbuhan berkayu yang mempunyai tinggi batang lebih dari 5 m. Mangga bisa mencapai tinggi 10-40 m.
Berasal dari sekitar perbatasan India dengan Burma, mangga telah menyebar ke Asia Tenggara sekurangnya semenjak 1500 tahun yang silam.
Berumah satu (monoecious), bunga mangga merupakan bunga majemuk yang berkarang dalam malai bercabang banyak di ujung ranting. Karangan bunga biasanya berbulu, tetapi sebagian ada juga yang gundul, kuning kehijauan, sampai 40 cm panjangnya. Bunga majemuk ini terdiri dari sumbu utama yang mempunyai banyak cabang utama. Setiap cabang utama ini mempunyai banyak cabang-cabang, yakni cabang kedua. Ada kemungkinan cabang bunga kedua ini mempunyai suatu kelompok yang terdiri dari 3 bunga atau mempunyai cabang tiga. Setiap kelompok tiga bunga terdiri dari tiga kuntum bunga dan setiap kuntum bertangkai pendek dengan daun kecil. Jumlah bunga pada setiap bunga majemuk bisa mencapai 1000-6000.
Bunga-bunga dalam karangan berkelamin campuran, ada yang jantan dan ada pula yang hermafrodit (berkelamin dua). Besarnya bunga lebih kurang 6-8 mm. Bunga jantan lebih banyak daripada bunga hermafrodit, dan jumlah bunga hermafrodit inilah yang menentukan terbentuknya buah. Persentase bunga hermafrodit bermacam-macam, tergantung dari varietasnya, yaitu antara 1,25%-77,9%; sementara yang mempunyai bakal buah normal kira-kira 5-10%.
Bunga mangga biasanya bertangkai pendek, jarang sekali yang bertangkai panjang, dan berbau harum. Kelopak bunga biasanya bertaju 5; demikian juga mahkota bunga terdiri dari 5 daun bunga, tetapi kadang-kadang ada yang 4 sampai 8. Warnanya kuning pucat, sedangkan pada bagian tengah terdapat garis timbul berjumlah 3 sampai 5 yang warnanya sedikit tua. Bagian tepi daun mahkota berwarna putih. Pada waktu akan layu, warna mahkota bunga tadi menjadi kemerahan.
Benang sari berjumlah 5 buah, tetapi yang subur hanya satu atau dua buah sedangkan yang lainnya steril. Benang sari yang subur biasanya hampir sama panjang dengan putik, yakni kira-kira 2 mm, sedangkan yang steril lebih pendek. Kepala putik berwarna kemerah-merahan dan akan berubah warna menjadi ungu pada waktu kepala sari membuka untuk memberi kesempatan kepada tepung sari yang telah dewasa untuk menyerbuki kepala putik. Bentuk tepung sari biasanya bulat panjang, lebih kurang 20-35 mikron.
Bakal buahnya tidak bertangkai dan terdapat dalam suatu ruangan, serta terletak pada suatu piringan. Tangkai putik mulai dari tepi bakal buah dan ujungnya terdapat kepala putik yang bentuknya sederhana. Dalam suatu bunga kadang-kadang terdapat tiga bakal buah.
Buah mangga termasuk kelompok buah batu (drupa) yang berdaging, dengan ukuran dan bentuk yang sangat berubah-ubah bergantung pada macamnya, mulai dari bulat (misalnya mangga gedong), bulat telur (gadung, indramayu, arumanis) hingga lonjong memanjang (mangga golek). Panjang buah kira-kira 2,5-30 cm. Pada bagian ujung buah, ada bagian yang runcing yang disebut paruh. Di atas paruh ada bagian yang membengkok yang disebut sinus, yang dilanjutkan ke bagian perut.
Kulit buah agak tebal berbintik-bintik kelenjar; hijau, kekuningan atau kemerahan bila masak. Daging buah jika masak berwarna merah jingga, kuning atau krem, berserabut atau tidak, manis sampai masam dengan banyak air dan berbau kuat sampai lemah. Biji berwarna putih, gepeng memanjang tertutup endokarp yang tebal, mengayu dan berserat. Biji ini terdiri dari dua keping; ada yang monoembrional dan ada pula yang poliembrional.



Jambu Batu
Psidium guajava L.
Nama umum
Indonesia:
Jambu batu, Jambu biji, Jambu kluthuk (Jw), giawas (Papua)

Klasifikasi
Regnum: Plantae (Tumbuhan)
Divisio: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Classis: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Ordo: Myrtales
Familia: 
Myrtaceae (suku jambu-jambuan)
Genus: 
Psidium
Species: Psidium guajava L.

Jambu batu (Psidium guajava) atau sering juga disebut jambu biji, jambu siki dan jambu klutuk adalah tanaman tropis yang berasal dari Brazil, disebarkan ke Indonesia melalui Thailand. Jambu batu memiliki buah yang berwarna hijau dengan daging buah berwarna putih atau merah dan berasa asam-manis. Buah jambu batu dikenal mengandung banyak vitamin C.
Jambu dapat diperbanyak dengan biji. Namun demikian, perbanyakan dengan cara ini tidak disukai karena tumbuhannya lama menjadi dewasa dan juga akan berubah sifat dari induknya. Perbanyakan yang sekarang dilakukan adalah secara vegetatif, khususnya dengan cara pencangkokan.
Daun jambu biji dikenal sebagai bahan obat tradisional untuk batuk dan diare. Jus jambu biji "bangkok" juga dianggap berkasiat untuk membantu penyembuhan penderita demam berdarah dengue. Daun jambu biji sudah dikenal sejak dahulu sebagai pencegah dan mengurangi diare. 3 helai jambu biji direbus dengan 2 gelas air putih lalu direbus,lalu disaring dan diminumkan pada orang yang terkena diare.
Buah jambu biji mengandung banyak vitamin dan serat, sehingga sangat cocok sekali dikonsumsi untuk menjaga kesehatan. Warna daging jambu biji yang merah mengidikasikan jambu biji kaya akan vitamin A untuk kesehatan mata dan antioksidan. Buah jambu biji sangat cocok sekali dikonsumsi di siang hari karena buahnya yang segar dan mendinginkan badan.
Lidah Buaya
Aloe vera L.

Nama umum
Indonesia:
Lidah buaya

Klasifikasi
Regnum: Plantae (Tumbuhan)
Divisio: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Classis: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Ordo: Asparagales
Familia: 
Asphodelaceae
Genus: 
Aloe
Species: Aloe vera L.

Kerabat Dekat
Lidah Buaya
Lidah Buaya (Aloe vera; Latin: Aloe barbadensis Milleer) adalah sejenis tumbuhan yang sudah dikenal sejak ribuan tahun silam dan digunakan sebagai penyubur rambut, penyembuh luka, dan untuk perawatan kulit. Tumbuhan ini dapat ditemukan dengan mudah di kawasan kering di Afrika.
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, pemanfaatan tanaman lidah buaya berkembang sebagai bahan baku industri farmasi dan kosmetika, serta sebagai bahan makanan dan minuman kesehatan.
Secara umum, lidah buaya merupakan satu dari 10 jenis tanaman terlaris di dunia yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai tanaman obat dan bahan baku industri.
Berdasarkan hasil penelitian, tanaman ini kaya akan kandungan zat-zat seperti enzim, asam amino, mineral, vitamin, polisakarida dan komponen lain yang sangat bermanfaat bagi kesehatan.
Selain itu, menurut Wahyono E dan Kusnandar (2002), lidah buaya berkhasiat sebagai anti inflamasi, anti jamur, anti bakteri dan membantu proses regenerasi sel. Di samping menurunkan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes, mengontrol tekanan darah, menstimulasi kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit kanker, serta dapat digunakan sebagai nutrisi pendukung penyakit kanker, penderita HIV/AIDS.
Salah satu zat yang terkandung dalam lidah buaya adalah aloe emodin, sebuah senyawa organik dari golongan antrokuinon yang mengaktivasi jenjang sinyal insulin seperti pencerap insulin-beta dan -substrat1, fosfatidil inositol-3 kinase dan meningkatkan laju sintesisglikogen dengan menghambat glikogen sintase kinase 3beta, sehingga sangat berguna untuk mengurangi rasio gula darah.
Di negara-negara Amerika, Australia, dan Eropa, saat ini lidah buaya juga telah dimanfaatkan sebagai bahan baku industri makanan dan minuman kesehatan.

Alpukat
Persea americana P. Mill.
Nama umum
Indonesia:
Alpukat, alpuket, apokat


Klasifikasi
Regnum: Plantae (Tumbuhan)
Divisio: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Classis: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Ordo: Laurales
Familia: 
Lauraceae
Genus: 
Persea
Species: Persea americana P. Mill.
Alpukat, atau Persea americana ialah tumbuhan penghasil buah meja dengan nama sama. Tumbuhan ini berasal dari Meksiko dan Amerika Tengah dan kini banyak dibudidayakan di Amerika Selatan dan Amerika Tengah sebagai tanaman perkebunan monokultur dan sebagai tanaman pekarangan di daerah-daerah tropika lainnya di dunia.
Pohon, dengan batang mencapai tinggi 20 m dengan daun sepanjang 12 hingga 25 cm. Bunganya tersembunyi dengan warna hijau kekuningan dan ukuran 5 hingga 10 milimeter. Ukurannya bervariasi dari 7 hingga 20 sentimeter, dengan massa 100 hingga 1000 gram; biji yang besar, 5 hingga 6,4 sentimeter.
Buahnya bertipe buni, memiliki kulit lembut tak rata berwarna hijau tua hingga ungu kecoklatan, tergantung pada varietasnya. Daging buah apokat berwarna hijau muda dekat kulit dan kuning muda dekat biji, dengan tekstur lembut.
Alpukat memiliki banyak manfaat. Bijinya digunakan dalam industri pakaian sebagai pewarna yang tidak mudah luntur. Batang pohonnya dapat digunakan sebagai bahan bakar. Kulit pohonnya digunakan sebagai pewarna warna coklat pada produk dari bahan kulit. Daging buahnya dapat dijadikan hidangan serta menjadi bahan dasar untuk beberapa produk kosmetik dan kecantikan.


Pinus
Pinus merkusii Jungh.& De Vr
Nama umum
Indonesia:
Pinus



Klasifikasi
Regnum: Plantae (Tumbuhan)
Divisio: Coniferophyta
Classis: Pinopsida
Ordo: Pinales
Familia: 
Pinaceae
Genus: 
Pinus
Species: Pinus merkusii Jungh.& De Vr
Tusam atau pinus adalah sebutan bagi sekelompok tumbuhan yang semuanya tergabung dalam margaPinus.
Tusam kebanyakan bersifat berumah satu (monoecious), yaitu dalam satu tumbuhan terdapat organ jantan dan betina namun terpisah, meskipun beberapa spesies bersifat setengah berumah dua (sub-dioecious).

BUNGA : monocious, tidak berornamen, berwarna kuning kehijauan, tangkai sari panjang, mahkota terbuka dan tersebar, bunga jantansilindris, bunga betina oval
BUAH : berwrna coklat, panjang 3-4 cm, buah yang sudah tua umunya langsung jatuh dari pohon,
BATANG : tegak, berwarna coklat keabu-abuan, bercabang, cabang baru pada awalnya berwarna hijau, pada tumbuhan dewasa kulit batang terkelupas dan membentuk goresan. Kayunya berwarna coklat muda hingga coklat kemerahan
DAUN : berwarna hijau kebiruan, panjang 3-5 cm


Kandungan kimia teridiri dari pinosilvin, asam resin, asam lemak bebas, trugliserida, steril ester.
Pacar Air
Impatiens balsamina L
Nama umum
Indonesia:
Pacar air

Klasifikasi
Regnum: Plantae (Tumbuhan)
Divisio: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Classis: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Ordo: Geraniales
Familia: 
Balsaminaceae
Genus: 
Impatiens
Species: Impatiens balsamina L

Impatiens balsamina (Bunga Pacar air) adalah tanaman yang berasal dari Asia Selatan dan Asia Tenggara. Tanaman ini diperkenalkan di Amerika pada abad ke-19. Tanaman ini adalah tanaman tahunan atau dua tahunan dan memiliki bunga yang berwarna putih, merah, ungu atau merah jambu. Bentuk bunganya menyerupai bunga anggrek yang kecil. Tinggi tanaman ini bisa mencapai satu meter dengan batangnya yang tebal dan daunnya yang bergerigi tepinya.
Tanaman ini sangat disukai lebah dan serangga lain yang membantu penyerbukannya. Walau demikian tanaman ini tidak dapat hidup di lingkungan yang kering. Berbagaibagian tanaman juga digunakan sebagai obat tradisional.
Pisang Hias
Heliconia colinsiana
Nama umum
Indonesia:
Pisang hias, helikonia
Inggris:
Heliconia


Klasifikasi
Regnum: Plantae (Tumbuhan)
Divisio: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Classis: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Ordo: Zingiberales
Familia: 
Heliconiaceae
Genus: 
Heliconia
Species: Heliconia colinsiana 

Kerabat Dekat
Supit Udang

Pisang yang memiliki nama Latin Heliconia Indica Lamek ini tidak diambil buahnya. Tumbuhan ini memang bagus sekali ditanam dimuka rumah sebagai hiasan. Pisang ini diperbanyak dengan menggunakan anakanaya. Pisang hias dibagi 2 yaitu pisang kipas dan pisang-pisangan. Disebut pisang kipas karena bentuknya seperti kipas. Nama lain pisang kipas adalah pisang madagaskar (diduga berasal dari daerah madagaskar). Sedang pisang-pisangan berbatang semu yang kecil-kecil dan tumbuh berumpun indah ditanam dimuka rumah karena bentuknya kecil.
Khasiat  :
- Tangkai daun Heliconia colinsiana berkhasfat sebagai obat sakit
mencret.
- Untuk obat mencret dipakai ± 15 gram tangkai daun Heliconia colinsiana, dicuci, dipotong-potong lalu direbus dengan 3 gelas air sampai mendidih selama 15 menit,  dan disaring. Basil saringan diminum dua kali sama banyak pagi dan sore.

Pisang hias juga memiliki kandungan kimia di dalamnya. Bunga dan daun Heliconia colinsiana mengandung saponin dan flavonoida, di samping itu daunnya juga mengandung tanin serta bunganya mengandung polifenol.
DAFTAR PUSTAKA
Sudjadi, Bagod dan Siti Laila. 2007. Biologi Sains dalam kehidupan. Surabaya:
Yudhistira.
http://www.wikipedia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar