Asyik dalam cerita
ini karena dapat kita jadikan ilmu dalam berbagai aspek
kehidupan.Menarik menurut cerita ini karena tidak pernah terjadi dalam
hidup untuk kedua kalinya.Tak terlupakan karena di setiap cerita
merupakan pengalaman yang tidak akan terulang.
Baiklah saatnya memulai cerita, sebaiknya bagi para pembaca akan lebih baik jika membaca dengan seksama.
Awalnya
tepatnya pada tanggal 28 Desember 2008, kami merupakan sekelompok
pelajar yang akan melakukan pendidikan dasar untuk memenuhi tugas
sebagai anggota dalam suatu komunitas di sekolah. Kami melakukan
pendidikan dasar di sebuah tempat yang sepi akan penduduk, yaitu kami
melakukan pendakian sebuah pegunungan.
Pada saat di perjalanan
untuk mendaki sebuah gunung, kami merasakan pengalaman yang tak
terlupakan. Pengalaman tersebut merupakan titik tombak kami mencari
jati diri yang sesungguhnya. Disana kami dilatih untuk menjadi seorang
pemimpin yang arif dan bijaksana. Selain itu, kami dilatih mental untuk
menjadi seorang yang tegar dan teguh pada pendirian. Pengalaman
tersebut tak pernah terlupakan hingga saat ini karena hal seperti itu
sangat sulit untuk dilakukan meskipun terdapat niat yang baik dalam
diri manusia. Mengapa hal tersebut tidak dapat dilakukan ??? Itu semua
terjadi karena suatu kondisi lingkungan yang membawa kami larut dalam
keadaan. Karena menurut kami, untuk pada suatu lingkungan yang banyak
keberadaan manusia, kita tidak akan pernah merasakan arti dari sebuah
kerjasama, ketulusan, dan kasih sayang. Tetapi pada saat suatu kondisi
tertentu kita akan merasakan hal yang lain yaitu rasa egoisme
dihilangkan, rasa kurang percaya diri dihilangkan dan yang lebih
penting adalah sikap kita menjadi pemberani. Disana kami merasakan hal
yang sulit untuk dilakukan dan dapat diselesaikan bersama karena suatu
kondisi tertentu. Pelatihan tersebut sangat berguna sampai saat ini
dalam kehidupan sehari-hari karena pada saat kita tidak dilatih hal
tersebut, dalam kondisi dimana kita merasakan penderitaan karena
egoisme terjadi, mungkin akan menyebabkan kita mati terpuruk. Oleh
sebab itu, pelatihan ini sangat menarik karena dapat diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari. Kita jadi dapat mengetahui betapa sulitnya
melakukan hal yang terbaik untuk semua orang terutama untuk diri kita
sendiri. Ketika kita ingin meraih satu hal yang sangat sulit untuk
mencapainya dimana proses tersebut tidak mudah untuk di raih dan kita
dapat merasakannya seperti halnya kami mendaki sebuah puncak gunung.
Dalam pendakian tersebut, kami merasakan hal yang tak pernah kami
rasakan sebelumnya. Itu merupakan hal yang sangat menarik dan menjadi
sebuah pengalaman hidup yang sangat berarti. Betapa sulitnya melakukan
pendakian hingga sampai di puncak. Kami menangis terharu dan bahagia
dapat melewati semua tantangan yang telah terlewati bersama. Semua
dapat tercapai berkat kerja keras dan sikap gotong royong kami yang
selalu diterapkan. Hari pun berlalu, dan kami mencoba untuk istirahat
sejenak untuk melanjutkan perjalanan esok harinya.
Hari
berikutnya kami melanjutkan perjalanan. Dalam hati, kami bertanya akan
terjadi apakah untuk hari ini? Kami memohon agar tetap berada dalam
lindungan-Nya dan mencoba dapat melewati semua rintangan yang akan
datang. Di pagi buta kami dibangunkan dari sebuah genggaman mimpi yang
ingin secepat diakhiri semua penderitaan ini. Sepercik cahaya mentari
terbit dari ufuk timur. Hangat . . . Menelisik dari sela-sela dedaunan
. Kami mencoba menoleh pada sang mentari untuk memperkuat hati kami
agar kami tetap percaya dapat melewati semua hal entah apa yang akan
terjadi selanjutnya dan tetap berdo’a semoga tidak terjadi hal lain
yang tak pernah kami duga. Tapi cerita berkehendak lain, di hari itu
kami mendapatkan hal yang tak pernah kami duga. Kami di beri sebuah
perintah untuk mencari jejak agar kami dapat pulang dan kembali bersama
keluarga. Kami disana sangat tertekan hingga mental pun melemah.
Konsentrasi kami buyar, pikiran entah kemana. Kami tidak fokus pada hal
yang harus dilakukan pada saat itu. Itu semua merupakan akibat
kesalahan dari kami. Mengapa ??? Karena kami tidak pernah menerapakan
ilmu yang telah di pelajari yaitu navigasi. Dan akhirnya kami tersesat
dalam hutan yang tidak tahu keberadaannya. Semua orang tertuju pada
kami dan menyalahkan kami. Disana kami di caci maki. Tak sedikit
teguran terdengar untuk kami. Dan akhirnya kami sadar akan kesalahan
kami dan mencoba untuk mempelajarinya kembali agar kami dapat
menerapkan dalam kehidupan. Orang-orang tersebut pun membawa kami ke
sebuah muara. Disana kami memahami arti dari sebuah kekompakan. Kami
diajari bagaimana susahnya mencari makan dan merasakan penderitaan
orang-orang yang kelaparan. Untuk mengatasi hal tersebut kami
diperintah kembali untuk menerapkan hal yang pernah dipelajari disaat
kondisi yang kritis. Kami melakukan surviva. Survival merupakan cara
untuk bertahan hidup di saat dalam kondisi yang tidak memungkinkan.
Pada saat survival kami sangat merasakan betapa pedihnya hidup berada
dalam naungan kondisi yang sulit. Kami kelaparan karena bekal kami
habis sia-sia. Sulit sekali untuk mencari makan dalam situasi itu.
Mentari
pun pergi ke ufuk barat dan meninggalkan cahayanya untuk kami. Satu hal
yang tak pernah terduga pun di depan mata. Dan itu semua mematahkan
semangat kami untuk berjuang dalam rintangan hidup ini. Kami melakukan
perjalanan malam yang gelap gulita tanpa di beri petunjuk dan arahan.
Kami hanya dibekali sepatah lilin yang didalamnya terdapat sepercik
cahaya yang dapat membantu kami dalam perjalanan. Akan tetapi tejadi
hal lain, angin bertiup kencang, badan menggigil kedinginan karena
basah kuyup, beban berat yang kami pikul seharian hingga membuat badan
lecet tak membuat kami mundur untuk melangkah mencapai sebuah
kemenangan. Kami tetap berjuang meskipun rintangan sulit didepan mata
jika kami ceroboh atau tidak ada kepedulian terhadap sesama kami akan
celaka karena cahaya akan padam dan menjadi sebuah hambatan dalam
perjalanan. Tengah malam pun kami sampai dalam sebuah tempat dimana
orang-orang memperhatikan kami. Sesampai disana, kami di bariskan dan
diberikan pengarahan mengenai tujuan yang telah kami lakukan dari pagi
tadi hingga malam ini. Kami pun mendapatkan pelajaran yang cukup
berarti. Setelah itu kami diperintahkan untuk segera beristirahat
karena esok hari kami akan melakukan sebuah perjalanan kembali.
Terdengar
suara binatang hutan di pagi buta membangunkan kami dari istirahat.
Kami pun bergegas meninggalkan tempat istirahat itu dan melanjutkan
perjalanan pulang. Mentari bersinar dan memberi senyuman yang membuat
kami tetap semangat karena mentari tetap setia menemani disetiap
langkah kami. Tepat pukul 08.00 WIB, kami melanjutkan perjalan pulang.
Jalur yang kami tempuh lumayan landai, akan tetapi kondisi fisik kami
mulai melemah ditambah terik matahari yang menyengat tubuh kami hingga
membuat kehausan dan banyak mengeluarkan keringat. Tapi hal tersebut
tidak mematahkan semangat kami untuk pulang. Di perjalanan pulang kami
di perintah untuk membuat sebuah nama kelompok yang akan menjadi nama
angkatan kami di dalam komunitas. Tetapi hal lain terjadi, orang-orang
itu tetap memarahi kami dan bersikap selalu menyalahkan kami. Mereka
selalu menganggap kami salah dan menyebut kalau nama angkatan yang kami
buat itu sangat jelek. Kemudian mereka selalu menyuruh kami untuk
merubah nama angkatan yang telah kami buat itu. Dan hasilnya kami tetap
dimarahi dan diperintah untuk merubahnya kembali.tetapi kami tetap
bertahan untuk memberi nama angkatan yaitu ‘MUARA SENJA’. Kami tetap
dalam pendirian dan tidak pernah tergoda untuk merubahnya nam angkatan
meskipun orang-orang tersebut memaksa kami untuk merubahnya.
Perjalanan long march itu terasa jauh karena beban yang kami pikul
sudah tidak dapat kami tahan. Semua itu karena kondisi fisik kami yang
mulai melemah dan mental kami yang menurun karena celaan yang kami
dapatkan.
Tapi diakhir cerita kami merasakan hal lain. Ternyata
mereka telah merencanakan hal ini jauh-jauh hari untuk melatih kami
dalam kedisiplinan dan teguh dalam pendirian. Kami dilatih mental agar
kami tetap tegar meskipun ancaman ataupun kritik yang kami dapatkan
tidak mengurungkan niat kami selama itu benar. Orang-orang tersebut
memberi sebuah kejutan yang membuat kami meneteskan air mata
kegembiraan karena dapat melewati semua rintangan. Di akhir, pendidikan
dasar itu ditutup dengan suatu upacara. Setelah itu kami mendapatkan
pelajaran yang cukup berarti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar