Kamis, 02 Februari 2012

Asyik , Menarik dan Tak Terlupakan



Asyik dalam cerita ini karena dapat kita jadikan ilmu dalam berbagai aspek kehidupan.Menarik menurut cerita ini karena tidak pernah terjadi dalam hidup untuk kedua kalinya.Tak terlupakan  karena di setiap cerita merupakan pengalaman yang tidak akan terulang.
Baiklah saatnya memulai cerita, sebaiknya bagi para pembaca akan lebih baik jika membaca dengan seksama.
Awalnya tepatnya pada tanggal 28 Desember 2008, kami merupakan sekelompok pelajar yang akan melakukan pendidikan dasar untuk memenuhi tugas sebagai anggota dalam suatu komunitas di sekolah. Kami melakukan pendidikan dasar di sebuah tempat yang sepi akan penduduk, yaitu kami melakukan pendakian sebuah pegunungan.
Pada saat di perjalanan untuk mendaki sebuah gunung, kami merasakan pengalaman yang tak terlupakan. Pengalaman tersebut merupakan titik tombak kami mencari jati diri yang sesungguhnya. Disana  kami dilatih untuk menjadi seorang pemimpin yang arif dan bijaksana. Selain itu, kami dilatih mental untuk menjadi seorang yang tegar dan teguh pada pendirian. Pengalaman tersebut tak pernah terlupakan hingga saat ini karena hal seperti itu sangat sulit untuk dilakukan meskipun terdapat niat yang baik dalam diri manusia. Mengapa hal tersebut tidak dapat dilakukan ??? Itu semua terjadi karena suatu kondisi lingkungan yang membawa kami larut dalam keadaan. Karena menurut kami, untuk pada suatu lingkungan yang banyak keberadaan manusia, kita tidak akan pernah merasakan arti dari sebuah kerjasama, ketulusan, dan kasih sayang. Tetapi pada saat suatu kondisi tertentu kita akan merasakan hal yang lain yaitu rasa egoisme dihilangkan, rasa kurang percaya diri dihilangkan dan yang lebih penting adalah sikap kita menjadi pemberani. Disana kami merasakan hal yang sulit untuk dilakukan dan dapat diselesaikan bersama karena suatu kondisi tertentu. Pelatihan tersebut sangat berguna sampai saat ini dalam kehidupan sehari-hari  karena pada saat kita tidak dilatih hal tersebut, dalam kondisi dimana kita merasakan penderitaan karena egoisme terjadi, mungkin akan menyebabkan kita mati terpuruk. Oleh sebab itu, pelatihan ini sangat menarik karena dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Kita jadi dapat mengetahui betapa sulitnya melakukan hal yang terbaik untuk semua orang terutama untuk diri kita sendiri. Ketika kita ingin meraih satu hal yang sangat sulit untuk mencapainya dimana proses tersebut tidak mudah untuk di raih dan kita dapat merasakannya seperti halnya kami mendaki sebuah puncak gunung. Dalam pendakian tersebut, kami merasakan hal yang tak pernah kami rasakan sebelumnya. Itu merupakan hal yang sangat menarik dan menjadi sebuah pengalaman hidup yang sangat berarti. Betapa sulitnya melakukan pendakian hingga sampai di puncak. Kami menangis terharu dan bahagia dapat melewati semua tantangan yang telah terlewati bersama. Semua dapat tercapai berkat kerja keras dan sikap gotong royong kami yang selalu diterapkan. Hari pun berlalu, dan kami mencoba untuk istirahat sejenak untuk melanjutkan perjalanan esok harinya.
Hari berikutnya kami melanjutkan perjalanan. Dalam hati, kami bertanya akan terjadi apakah untuk hari ini? Kami memohon agar tetap berada dalam lindungan-Nya dan  mencoba dapat melewati semua rintangan yang akan datang. Di pagi buta kami dibangunkan dari sebuah genggaman mimpi yang ingin secepat diakhiri semua penderitaan ini. Sepercik cahaya mentari terbit dari ufuk timur. Hangat . . . Menelisik dari sela-sela dedaunan . Kami mencoba menoleh pada sang mentari untuk memperkuat hati kami agar kami tetap percaya dapat melewati semua hal entah apa yang akan terjadi selanjutnya dan tetap berdo’a semoga tidak terjadi hal lain yang tak pernah kami duga. Tapi cerita berkehendak lain, di hari itu kami mendapatkan hal yang tak pernah kami duga. Kami di beri sebuah perintah untuk mencari jejak agar kami dapat pulang dan kembali bersama keluarga. Kami disana sangat tertekan hingga mental pun melemah. Konsentrasi kami buyar, pikiran entah kemana. Kami tidak fokus pada hal yang harus dilakukan pada saat itu. Itu semua merupakan akibat kesalahan dari kami. Mengapa ??? Karena kami tidak pernah menerapakan ilmu yang telah di pelajari yaitu navigasi. Dan akhirnya kami tersesat dalam hutan yang tidak tahu keberadaannya. Semua orang tertuju pada kami dan menyalahkan kami. Disana kami di caci maki. Tak sedikit teguran terdengar untuk kami. Dan akhirnya kami sadar akan kesalahan kami dan mencoba untuk mempelajarinya kembali agar kami dapat menerapkan dalam kehidupan. Orang-orang tersebut pun membawa kami ke sebuah muara. Disana kami memahami arti dari sebuah kekompakan. Kami diajari bagaimana susahnya mencari makan dan merasakan penderitaan orang-orang yang kelaparan. Untuk mengatasi hal tersebut kami diperintah kembali untuk menerapkan hal yang pernah dipelajari disaat kondisi yang kritis. Kami melakukan surviva. Survival merupakan cara untuk bertahan hidup di saat dalam kondisi yang tidak memungkinkan. Pada saat survival kami sangat merasakan betapa pedihnya hidup berada dalam naungan kondisi yang sulit. Kami kelaparan karena bekal kami habis sia-sia. Sulit sekali untuk mencari makan dalam situasi itu.
 Mentari pun pergi ke ufuk barat dan meninggalkan cahayanya untuk kami. Satu hal yang tak pernah terduga pun di depan mata. Dan itu semua mematahkan semangat kami untuk berjuang dalam rintangan hidup ini. Kami melakukan perjalanan malam yang gelap gulita tanpa di beri petunjuk dan arahan. Kami hanya dibekali sepatah lilin yang didalamnya terdapat sepercik cahaya yang dapat membantu kami dalam perjalanan. Akan tetapi tejadi hal lain, angin bertiup kencang, badan menggigil kedinginan karena basah kuyup, beban berat yang kami pikul seharian hingga membuat badan lecet tak membuat kami mundur untuk melangkah mencapai sebuah kemenangan. Kami tetap berjuang meskipun rintangan sulit didepan mata jika kami ceroboh atau tidak ada kepedulian terhadap sesama kami akan celaka karena cahaya akan padam dan menjadi sebuah hambatan dalam perjalanan. Tengah malam pun kami sampai dalam sebuah tempat dimana orang-orang memperhatikan kami. Sesampai disana, kami di bariskan dan diberikan pengarahan mengenai tujuan yang telah kami lakukan dari pagi tadi hingga malam ini. Kami pun mendapatkan pelajaran yang cukup berarti. Setelah itu kami diperintahkan untuk segera beristirahat karena esok hari kami akan melakukan sebuah perjalanan kembali.
Terdengar suara binatang hutan di pagi buta membangunkan kami dari istirahat. Kami pun bergegas meninggalkan tempat istirahat itu dan melanjutkan perjalanan pulang. Mentari bersinar dan memberi senyuman yang membuat kami tetap semangat karena mentari tetap setia menemani disetiap langkah kami. Tepat pukul 08.00 WIB, kami melanjutkan perjalan pulang. Jalur yang kami tempuh lumayan landai, akan tetapi kondisi fisik kami mulai melemah ditambah terik matahari yang menyengat tubuh kami hingga membuat kehausan dan banyak mengeluarkan keringat. Tapi hal tersebut tidak mematahkan semangat kami untuk pulang. Di perjalanan pulang kami di perintah untuk membuat sebuah nama kelompok yang akan menjadi nama angkatan kami di dalam komunitas. Tetapi hal lain terjadi, orang-orang itu tetap memarahi kami dan bersikap selalu menyalahkan kami. Mereka selalu menganggap kami salah dan menyebut kalau nama angkatan yang kami buat itu sangat jelek. Kemudian mereka selalu menyuruh kami untuk merubah nama angkatan yang telah kami buat itu. Dan hasilnya kami tetap dimarahi dan diperintah untuk merubahnya kembali.tetapi kami tetap bertahan untuk memberi nama angkatan yaitu ‘MUARA SENJA’. Kami tetap dalam pendirian dan tidak pernah tergoda untuk merubahnya nam angkatan meskipun orang-orang tersebut memaksa kami untuk merubahnya.  Perjalanan long march itu terasa jauh karena beban yang kami pikul sudah tidak dapat kami tahan. Semua itu karena kondisi fisik kami yang  mulai  melemah dan mental kami yang menurun karena celaan yang kami dapatkan.
Tapi diakhir cerita kami merasakan hal lain. Ternyata mereka telah merencanakan hal ini jauh-jauh hari untuk melatih kami dalam kedisiplinan dan teguh dalam pendirian. Kami dilatih mental agar kami tetap tegar meskipun ancaman ataupun kritik yang kami dapatkan tidak mengurungkan niat kami selama itu benar. Orang-orang tersebut memberi sebuah kejutan yang membuat kami meneteskan air mata kegembiraan karena dapat melewati semua rintangan. Di akhir, pendidikan dasar itu ditutup dengan suatu upacara. Setelah itu kami mendapatkan pelajaran yang cukup berarti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar